Santri Nurul Jadid Lolos 8 Besar Lomba Aplikasi "Aku Ingin Kembali Sekolah"
Tiga santri Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo berhasil lolos delapan besar dalam lomba program aplikasi yang diselenggarakan oleh Hackathon Merdeka 2.0 Chapter Malang. Lomba tersebut bertema "Code4Nation".
Dari banyak peserta yang mengikuti kompetisi membuat "Aplikasi untuk Negeri", ada delapan tim yang berhasil lolos, salah satunya adalah tim Nurja, yang terdiri dari santri Ponpes Nurul Jadid, yang menempuh kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Nurul Jadid.
Tim Nurja adalah salah satu dari tiga tim yang berasal dari STT Nurul Jadid. Namun, yang berhasil lolos ke delapan besar hanya tim Nurja yang beranggotakan tiga orang yakni, Kamil Malik, Fathorazi Nur Fajri, dan Syaiful Huda.
Nama Program yang diikutkan lomba adalah ANGKASA (Aku iNGin Kembali SekolAh). Menurut Ketua tim Nurja, Kamil Malik, tujuan dari program yang ditawarkan adalah bagaimana dengan hadirnya aplikasi itu, permasalahan terkait tidak adanya data yang valid mengenai anak diluar sekolah atau pernah bersekolah atau tidak sama sekali dapat diperoleh oleh pemerintah.
"Inti dari aplikasi itu, kami mencoba membantu pemerintah dalam hal mendata anak diluar sekolah, memprosesnya sehingga menjadi sebuah informasi anak di luar sekolah yang disajikan dalam bentuk bar chart (persentase) dan dapat juga melakukan pencarian dengan hasil yang lebih spesifik," jelasnya.
Aplikasi tersebut didesain bagaimana bisa digunakan di mana saja. Baik di desa maupun perkotaan. "Dengan aplikasi itu, di masing-masing desa bisa menempatkan penanggung jawab yang bertugas untuk terjun langsung ke lapangan untuk mendata anak-anak di luar sekolah, yakni dengan menggunakan angket," kata Kamil.
Selanjutnya, data yang sudah diperoleh akan diserahkan ke petugas kecamatan untuk diinput melalui aplikasi mobile. "Yang kami buat dengan rincian validasi data. Ada username petugas yang sudah terintegrasi dengan datageolocation dan data lokasi mulai propinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan. Input data anak itu, berdasarkan NIK. Nantinya, akan berhasil jika NIK yang dimasukkan sesuai dengan Data Lokasi dari User yang Aktif," rincin Kamil.
Lebih lanjut Kamil menjelaskan, bahwa penggunaan geolocation dilakukan ketika proses sinkronisasi Data. Artinya, ketika data dari kecamatan akan dikirim ke database di internet, akan di cocokan antara lokasi aktif dengan data geolocation, dari user yang login.
Mengapa harus diserahkan ke petugas kecamatan? Karena jelas Kamil, di desa SDM-nya lebih minim, jaringan internetnya juga tidak terlalu lancar. "Jika SDM dan jaringannya memumpuni, maka tidak ada angket, dan petugas tiap-tiap desa tidak perlu memberikan data anak di luar sekola tersebut ke petugas kecamatan karena semuanya selesai pada aplikasi mobile yang kita buat," katanya dengan bangga.
Aplikasi terangnya, dapat terhubung langusung dengan server pusat. "Intinya, ada dua opsi yang kami tawarkan dalam penanganan sumber data anak di luar sekolah. Opsi-opsi tersebut akan digunakan sesuai dengan SDM dan jaringan di masing-masing desa di seluruh Indonesia. Data yang telah terkumpul, akan diproses sehingga menghasilkan sebuah informasi anak di luar sekolah," katanya.
Harapannya, dengan aplikasi tersebut, informasi atau data yang tidak sekolah, dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah ataupun masyarakat yang peduli terhadapan pendidikan anak bangsa ini. "Aplikasi itu, karya santri yang dipersembahkan untuk negeri ini," katanya.
Kabarnya tambah Kamil, lomba aplikasi tersebut didukung penuh oleh pemerintah. Tujuannya, untuk menyaingi aplikasi-aplikasi dari luar. "Beberapa aplikasi lokal sudah banyak yang go internasional dan akan dibawa oleh Presiden Jokowi ke Amerika, untuk dipromosikan dan dipatenkan," terangnya.
Sumber: http://www.timesindonesia.co.id/read/106923/2/20151026/214330/santri-nurul-jadid-lolos-8-besar-lomba-aplikasi-aku-ingin-kembali-sekolah/